Monday, 22 November 2010

Diskusi Kelas, Semua Melek

Teknik mengajar Pak Adi malam ini cukup ampuh membuat mata melek dan otak berputar. Tentunya plus kening berkerut. Sejak kelas dimulai pukul 19.10, Pak Agus melemparkan pertanyaan kepada 10 peserta kelas.

Keterangan: Pak Yama gak masuk karena masih di Garut, urus anaknya yang lagi sakit, sementara Feby mungkin sedang ada kesibukan kantor.

Umami dan aku diminta membacakan potongan teks yang diambil dari buku Djalaludin Rachmat (Psikologi Komunikasi) tentang cerita kereta api menabrak mobil, lalu dokter bedah yang menolak melakukan operasi. Dan seperti yang diduga penulis buku, hampir semua yang di kelas mengatakan ada keanehan dalam alur cerita, keanehan yang timbul karena kami 'menyangka' sang dokter bedah berjenis-kelamin laki-laki.

Dua jam selanjutnya diisi dengan ngobrol tanya jawab berbagai kasus sebagai ilustrasi memperjelas beberapa teori komunikasi malam itu,Teknik belajar mengajar seperti itu ternyata sukses bikin semua peserta berbicara dan urun saran. Asyik juga mendengar berbagai pendapat berbeda dari berbagai perspektif tentang suatu masalah. Kadang ada juga ide-ide lain daripada yang lain, yang tak pernah terbetik dipikiran kita. Itulah mungkin manfaat diskusi / belajar bersama.

Thursday, 11 November 2010

PR Process Theory

Kuliah semalam, 11 November, bersama Pak Agus Naryoso, betul-betul bikin tambah ilmu. Obrolan kelas seputar public relations (PR) berfokus pada bagaimana suatu kegiatan PR dilakukan.

PR Process Theory menjelaskan ada empat langkah:

1. Fact Finding: mengumpulkan data primer dan/atau sekunder tentang permasalahan komunikasi yang dihadapi atau harus dibereskan.

2. Planning dan Programming: untuk menentukan strategi dan taktik (alat-alat PR yang akan dipakai seperti pameran, CSR, beasiswa, atau apa saja.)

3. Action: Pelaksanaan apa yang sudah direncakanan (dalam teori ini, monitoring tidak termasuk. Tetapi bisa dilakukan dalam tahapan ini untuk mengontrol apakah target sudah dicapai atau belum)

4. Evaluation: mengukur apakah tujuan sudah tercapai, dengan menganalisa empat komponen berikut: media relations, employee, community relations, dan stakeholders.

Khusus untuk evaluasi, obrolan cukup panjang karena komponen ini merupakan alat untuk mengetahui keberhasilan dari kegiatan PR yang kita lakukan sekaligus alat untuk bernegosiasi dengan manajemen (organisasi kita) terkait penggunaan dana (untuk kegiatan PR) dan dampak yang dihasilkan.

Pak Agus bercerita tentang media relations sebagai cara untuk menjalin hubungan dekat dengan pihak media. Keterdekatan hubungan memungkinkan tugas-tugas PR dapat dilakukan dengan lebih mudah.

Adapun yang bisa dilakukan dalam hal media relations adalah:
- media gathering: mengundang wartawan beramah-tamah dengan pimpinan organisasi
- media visit: berkunjung ke redaksi media untuk mengenalkan produk atau organisasi
- media tour: mengundang media untuk melihat dari dekat aktifitas organisasi
- press conference: mengundang wartawan dalam peluncuran produk atau berita
- media kits: menyediakan informasi dasar mengenai organisasi dan produknya

Keberhasilan media relations dapat diukur dengan cara kuantitatif maupun kualitatif.
Yang termasuk kuantitatif: menghitung frekuensi pemuatan berita serta durasi (kedalaman) berita. Sedangkan yang kualitatif bisa diketahui dengan analisa isi media. Indikator keberhasilan kualitatif adalah:
- berita tidak provokatif
- diangkat dari fakta
- menampilkan nara sumber
- cover both sides

Evaluasi PR terkait employee, community relations serta shareholders juga dapat dilihat dari sisi kuantitatif maupun kualitatif.

Bila hasil akhir evaluasi masih menunjukkan hal-hal yang perlu ditangani lebih lanjut atau ternyata kegiatan PR tidak berdampak apa, apa, maka PR harus memulai process theory sejak tahapan Fact Finding. Begitu seterusnya.

Nah itulah sekelumit tentang PR process theory. Ada yang mau menambahkan? Silahkan di kolom komentar. Thanks ..