- The role of mass media: komunikasi strategis World Growth sangat memahami hal ini dan memanfaatkan media massa seluas mungkin untuk menyuarakan visi mereka.
- Characteristics of source or medium: Alas Oaxley sangat tahu media apa yang menjadi panutan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kemunculannya di media-media penting merupakan bukti.
- Campaign appeals: data dan informasi yang dipakai dalam komunikasi World Growth betul-betul bisa diandalkan. Paparannya mengacu pada kasus nyata, bukan abstraksi yang mengawang-awang.
- Timeliness, compatability dan accessibility: World Growth selalu memberikan respon cepat terkait isu yang muncul tiba-tiba. Tidak ada kata telat. Tampak sekali mereka memonitor setiap pergerakan ‘musuhnya’ (misal Greenpeace dan WWF) sehingga setiap ada opini keras dari kedua lembaga ini, World Growth akan serta merta memberikan sanggahan atau pendapat lain, tak kalah keras.
Selayak buku tulis, blog ini dibuat untuk merekam hasil belajar selama aku kuliah di Program Magister Ilmu Komunikasi - Universitas Diponegoro, Semarang (Angkatan III 2010), kilasan buku atau paper yang aku baca, juga diskusi kelas, ide-ide sendiri atau ide teman, seputar topik-topik komunikasi. Serba sedikit. Bukan dimaksud sebagai pembahasan lengkap. Plus jadi tempat curhat. :) -- 27 Mei 2015. STATUS: Masih kuliah (Haaah!! blom lulus jugaaa??!!) Hehe, tak apa, yang penting pingin nulis lagi :D
Wednesday, 23 March 2011
Tinjauan Kasus Komunikasi Strategis (3)
Tinjauan Kasus Komunikasi Strategis (2)
Tinjauan Kasus Komunikasi Strategis (1)
Pelembagaan Komunikasi Strategis di Eropa
- Apakah para manajer komunikasi sama dengan ‘tahanan’ yang frustasi di dalam lembaganya ataukah merupakan praktisi yang bebas dan terhormat, yang menempatkan diri sebagai bagian permanen dan penting dalam infrastuktur organisasi?
- Apakah para praktisi dan departemen komunikasinya menjadi bagian yang integral dengan organisasi, dan dengan demikian terlembagakan?
Teori Hierarchy of Effects
- Penjual pakaian di Tanah Abang teriak-teriak, “Boleh-boleh-boleh … .”
- Carrefour China menunjuk seorang staf berteriak-teriak mempromosikan produk (mengikuti kebiasaan di pasar tradisional China)
- Di Mangga Dua mall Jakarta: jual mainan anak-anak helikopter atau mobil remote control
Monday, 7 March 2011
Moral Reasoning
Ringkasan Artikel karya Dr. Charles K. Fink (Miami Center for Ethical Awareness - Miami Dade College)
Artikel ini membahas cara-cara logis (moral reasoning) dalam menjelaskan argumen di balik suatu pandangan atau pendapat tentang moral/etika. Ada penjelasan yang bagus ada pula penjelasan yang tidak bagus. Artikel ini juga memeparkan beberapa konsep logika dasar, dua jenis argumen moral, dan bagaimana mengenali kekeliruan-kekeliruan yang ada dalam argumentasi moral.
Konsep Dasar Logika dan Validitas
Contoh (Singer): karena penderitaan/kematian oleh sebab kelaparan, tidak punya tempat bernaung, atau tidak mendapatkan layanan kesehatan merupakan sesuatu yang buruk (1), sementara membeli pakaian (bukan untuk meperoleh fungsi agar tubuh terlindung dari rasa dingin, tetapi semata untuk penampilan) masih bisa dianggap secara moral tidak cukup penting, maka akan lebih baik menyumbangkan uang kita untuk mencegah penderitaan/kematian karena kelaparan, tidak memiliki tempat bernanung, atau tidak mendapatkan layanan kesehatan (3).
Pertanyaan: apakah penjelasan atau argumen ini bisa diterima? Jika premis (1) dan (2) benar, maka kesimpulan (3) pasti benar. Ini disebut argumen yang valid. Dengan demikian, dapat dikatakan apa yang dicontohkan Singer adalah argumen yang valid.
Tetapi ada juga yang premisnya bermasalah. Misal: apakah karena adanya resiko kematian karena jenis pekerjaan tertentu dan karenanya orang dilarang melakukan pekerjaan itu?
Tentu saja itu tidak benar. Maka dari itu, bila suatu argumen ingin disebut bagus, maka syaratnya harus lengkap: penjelasannya valid dan semua premis benar. Dalam kasus di atas, salah satu premis bermasalah.
Silogisme Moral
Merupakan argumen tentang suatu moral yang didasarkan pada prinsip umum moral. Misalnya dalam pernyataan berikut: (1) Adalah salah membunuh manusia tak berdosa. Melakukan eutanasia merupakan tindakan membunuh manusia tak berdosa. Dengan demikian, eutanasia adalah salah. (2) Adalah salah membunuh manusia tak berdosa. Melakukan aborsi merupakan tindakan membunuh manusia tak berdosa. Dengan demikian, aborsi adalah salah.
Kedua pernyataan tersebut didasarkan pada prinsip dasar moralitas bahwa membunuh manusia tak berdosa adalah salah. Itulah yang disebut silogisme moral.
Analogi Moral
Merupakan argumen moral yang didasarkan pada perbandingan antar kasus yang analogis. Analogi moral hanya bisa dilakukan bila kasusnya benar-benar sama.
Kasus Thomson (violist) – tidak sadar sistem peredaran darahnya disambungkan dengan perempuan BERBEDA dengan kasus aborsi yang dilakukan seorang perempuan (yang melakukan hubungan seksual secara sadar hingga hamil).
Kasus si perempuan hamil (Thomson) beda dengan kasus kehamilan akibat perkosaan. Dalam hal ini, malah dapat disamakan dengan kasus violist Thomson. Melepas saluran sirkulasi darah analogis dengan aborsi (dalam kehamilan akibat perkosaan).
Kekeliruan dalam Argumen Moral
Merupakan argumen moral yang secara logis cacat karena dasar perbandingan adalah hal-hal terkait dengan alam, orang, tradisi, agama, dll. Dijelaskan dengan contoh di bawah ini:
Alam: Manusia pada dasarnya adalah pemakan daging. Jadi, tidak salah kalau makan daging babi atau sapi. Ini keliru karena tidak ada hubungan konseptual antara sifat alamiah (how things are) dengan moralitas (how things ought to be).
Manusia: Hisap mariyuana boleh, bahkan di Amerika ada dasar pembolehannya kok. Ini keliru karena didasarkan pada fakta tentang banyaknya orang yang mengisap mariyuana. Padahal tidak semua yang dilakukan banyak orang pasti benar. Dalam bentuk lain, sesuatu itu tidak otomatis benar hanya karena banyak orang percaya kebenarannya.
Tradisi: Menurut tradisi, perkawinan adalah antara laki dan perempuan. Jadi, perkawinan antar sesama jenis tidak benar. Ini keliru karena dilakukan terus menerus dalam waktu yang lama bukan berarti pembenaran.
Argumentum ad Hominen: Kamu juga sering telat, kok aku saja yang disalahin!
Slippery Slope: Ketakutan karena membolehkan hal baru akan berakibat menjalar pada yang lain. Misal membolehkan perkawinan sejenis akan menyebabkan pembolehan poligami atau polyamory atau bahkan perilaku kebinatangan.
Agama: Hukuman mati boleh karena ada disebut dalam Bibel. Masalahnya, di dunia ini ada banyak agama. Agama mana yang benar? Tak seorangpun tahu. Perbedaan pendapat tentang benar dan salah dalam satu agamapun tidak bisa dihindarkan.