Wednesday, 23 March 2011

Tinjauan Kasus Komunikasi Strategis (1)

Kasus 1: Program Kementerian Kesehatan: Teori tentang Waktu dan Ruang

Cerita:
Pagi tanggal 7 November 2010, Kementerian Kesehatan muncul di Metro TV (jam 07.05-07.30) dalam tayangan bertajuk Menuju Indonesia Sehat. Menteri Kesehatan muncul beberapa kali menjelaskan apa yang menjadi visi misi Kementerian Kesehatan serta apa yang sudah dan akan dilakukan terkait upaya membuat Indonesia menjadi negara yang lebih sehat. Ada obrolan tentang gizi buruk dan ibu hamil. Juga tentang keberhasilan berbagai program kesehatan. Jelas sekali tayangan ini bertujuan untuk mengharumkan nama Kementerian Kesehatan lewat beberapa keberhasilan kerja yang dicapai.

Bahasan:
Tayangan ini tidak menjadi soal bila diudarakan bukan pada saat Indonesia berduka karena musibah Gunung Merapi dan Tsunami Mentawai. Ada ironi bila kita mengaitkan apa yang muncul di tayangan TV dengan apa yang ‘dilakukan’ dan ‘tidak dilakukan’ oleh Kementerian Kesehatan dalam kondisi tanggap darurat di kedua lokasi bencana di atas. Secara umum, pemerintah diberi ‘rapor kurang bagus’ dalam hal penanganan bencana. Ironi yang dimaksud terasa sekali bila mendengar penjelasan Menteri Kesehatan terkait capaian-capaian Kementerian yang dia pimpin. Ada sumringah di tengah duka.

Dalam promosi kesehatan ini, timing merupakan elemen yang tidak diperhatikan oleh Kementerian Kesehatan. Atikins (1981) dalam Windhal et al. (2009) menyebutkan timing merupakan faktor penentu keberhasilan komunikasi. Solusi yang mungkin dai situasi ini adalah merubah waktu tayang.

Hal lain dari tayangan ini adalah menyangkut space (ruang). Dalam Windhal et al. (2009), sekurangnya ada 3 ahli yang berbicara mengenai hal ini: Barnlund (1968), Hall (1966), dan Autischer & Maier-Rable (1987). Mereka sepakat bahwa masalah ruang perlu diperhatikan bila menghendaki komunikasi efektif. Promosi informasi kesehatan yang dilakukan Kementerian Kesehatan bisa jadi akan berdampak lebih positif bila disiarkan melalui saluran TV yang tidak disiarkan di Yogyakarta (atau daerah bencana lainnya). Metro TV masih tetap bisa dipakai dengan catatan tayangan tersebut tidak dipertontonkan kepada para pengungsi yang sedang menderita lahir batin. Bagaimana mungkin Menteri Kesehatan bercerita tentang keberhasilan program sanitasi sementara di lokasi penampungan pengungsi, fasilitas sanitasi tidak tersedia secara memadai?

Bukannya akan mendapat nama harum karena tayangan Menuju Indonesia Sehat, Kementerian Kesehatan justru akan mendapat cibiran.

No comments:

Post a Comment