Kasus 2: JALIN MERAPI: Convergence Communication Model
Cerita:
Bencana erupsi Gunung Merapi sejak tanggal 26 Oktober 2010 direspon oleh Jaringan Informasi Lingkar Merapi (JALIN MERAPI) dengan menyajikan data dan informasi perkembangan Gunung Merapi dan dinamika masyarakatnya. Informasi JALIN MERAPI berasal langsung dari lapangan dan digali langsung dari dan oleh masyarakat setempat bersama jaringan relawan. Saluran informasi utama yang dipakai adalah website: http://merapi.combine.or.id/Jaringan
JALIN MERAPI menggunakan beragam media untuk menyampaikan data dan informasi penting dan terkini untuk mendukung proses pengambilan keputusan atau tindakan secara cepat dan tepat. JALIN MERAPI dapat diakses melalui website, situs jejaring sosial Twitter dan Facebook, SMS Gateway, radio komunikasi, telepon, dan posko informasi di lapangan yang dikelola oleh jaringan kerja kerelawanan yang bekerja 24 jam sehari. Posko informasi JALIN MERAPI saat ini telah dibangun di lima titik lokasi, yakni di Yogyakarta, Pakem, Srumbung, Dukun, Selo, dan Kemalang.
Pembahasan:
JALIN MERAPI dapat dilihat sebagai contoh model convergence communication yang dikembangkan oleh Kincaid (1979). Dalam model ini partisipan komunikasi bertukar informasi, menerjemahkan dan memahaminya untuk membentuk suatu keyakinan bersama yang menjadi dasar suatu tindakan. Proses komunikasi terjadi terus menerus. Keakuratan persepsi, penerjemahan, dan pemahaman menjadi tidak penting, sehingga di dalamnya bisa saja terjadi kesalahan penerjemahan dan pemahaman, bahkan juga memunculkan ketidak-percayaan.
Tetapi, melalu proses komunikasi yang convergence ini, para peserta komunikasi akan sampai pada suatu pemahaman bersama (mutual understanding) yang dapat dipakai sebagai dasar suatu aksi atau tindakan bersama. Mutual understanding sendiri dipahami sebagai proses yang tidak memiliki akhir, sehingga tolerasi terhadap terjadinya kesalahpahaman juga tinggi.
Kalau kita perhatikan, komunikator (sumber informasi) dalam JALIN MERAPI juga merupakan penerima pesan. Pesan berupa informasi tentang keadaan letusan Merapi, para pengungsi, penanganan pengungsi, dll. Semuanya disajikan dalam waktu bersamaan, dalam bentuk cerita, running text, pesan pendek Twitter, SMS, bahkan berita dari HT (radio komunikasi) yang juga direlay secara streaming lewat website. Sekali lagi, keakuratan informasi bukan sesuatu yang final, tetapi terus berubah-ubah. Dampak dari penafsiran informasi adalah tindakan bersama yang akan berpengaruh pada seluruh peserta komunikasi. Kalau ada kesalahan, itu akan segera dimaklumi.
Contoh:
Informasi tentang pergerakan lahar dingin disampaikan pengamat Gunung Merapi lewat HT. Pesan diterima oleh penanggung-jawab pengungsian yang membuat keputusan untuk memindahkan pengungsi. Informasi ini disajikan di website atau disebarluaskan lewat radio (dan media massa) sehingga arus bantuan bahan makanan kepada pengungsi bisa disesuaikan. Bila informasi lahar dingin tidak akurat (misal tidak sampai mempengaruhi lokasi pengungsian), maka keasalahan informasi itu diterima dengan arif. Koreksi pesan akan dilakukan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada.
No comments:
Post a Comment